The Hawk Conqueror

Season 1 Episode 4 from South Sulawesi.

Level of Indonesian and English fluency: Intermediate to Advanced

Indonesian Version

Pada zaman dahulu kala ada sebuah negeri di daerah Sulawesi Selatan yang diperintah oleh seorang raja. 

Raja tersebut mempunyai tujuh orang putri. Menurut adat di kerajaan itu, jika raja memiliki putri sampai tujuh orang, maka salah seorang diantaranya harus dipersembahkan kepada seekor rajawali raksasa agar keluarga istana tidak tertimpa nasib buruk. Hal tersebut membuat sang Raja sedih dan khawatir, karena ia tidak mau kehilangan salah seorang putrinya. Ia pun berpikir keras mencari jalan keluar bagaimana caranya agar ketujuh putrinya tersebut dapat  hidup semua. Sudah berhari-hari sang Raja tidak enak makan dan tidak nyenyak tidur memikirkan hal itu. Hingga pada suatu hari, tiba-tiba ia terpikir untuk mengadakan perlombaan yang dibuka untuk rakyatnya, untuk mengalahkan rajawali tersebut dengan kesaktian masing-masing.

Keesokan harinya, sang Raja segera mengumpulkan seluruh rakyatnya di depan istana dan mengumumkan perlombaan tersebut. Raja menawarkan untuk menikahkan putrinya dengan pemenang perlombaan tersebut jika pemenangnya laki-laki dan untuk mengangkat pemenangnya sebagai keluarga istana jika pemenangnya perempuan.  Perlombaan akan dilaksanakan dalam waktu seminggu lagi ketika rajawali raksasa akan datang ke negeri tersebut.

Mendengar pengumuman tersebut, rakyat negeri tersebut segera melatih kesaktian mereka masing-masing dengan harapan bisa menjadi pemenang perlombaan raja.

Sementara itu, para pengawal istana membuat sebuah baruga (pendapa) di sebuah tempat yang agak jauh dari istana. Baruga tersebut merupakan tempat tinggal sang Putri sebelum dimakan rajawali dan dibuat untuk memancing kedatangan burung rajawali tersebut. Selain itu disiapkan juga segala macam kue-kue, nasi ketan, dan minuman untuk burung rajawali tersebut.

Seminggu berlalu dan tibalah hari kedatangan rajawali raksasa tersebut. Pagi-pagi sekali salah seorang putri raja yang menjadi persembahan diantar ke baruga tersebut oleh keluarga, pengawal istana dan juga banyak warga negeri itu. Mereka sangat khawatir terhadap nasib sang Putri yang akan menjadi makanan rajawali raksasa jika tidak ada warga yang mampu mengalahkannya.

Mendekati waktu kedatangan rajawali raksasa, semua orang kembali ke istana dengan cemas dan tinggallah sang Putri seorang diri di atas baruga itu. Di sekitar baruga sudah bersiap-siap semua peserta perlombaan dengan berbagai macam senjata di tangan mereka.

Tidak lama kemudian, seorang pemuda pengembara melintas di tempat itu. Melihat seorang gadis cantik sedang duduk termenung di atas baruga, ia pun segera naik ke atas baruga dan menghampiri gadis itu dan bertanya mengapa gadis itu terlihat sedih. Sang putri menjelaskan keadaannya yang akan dijadikan persembahan korban untuk rajawali raksasa dan tentang perlombaan raja untuk mencari orang yang dapat mengalahkan rajawali tersebut.

Pemuda itu menawarkan diri untuk menemani putri di baruga supaya dapat melindunginya dari rajawali. Sambil menunggu rajawali, pemuda itu tertidur.

Ketika hari semakin siang, tiba-tiba terdengar suara seperti angin topan datang menerjang. Dari kejauhan tampak seekor burung raksasa sedang terbang sambil menggerakan sayapnya menuju ke arah baruga. Mengetahui bahwa yang datang adalah burung rajawali raksasa itu, maka sang Putri segera membangunkan pemuda itu.

Pemuda itu mengeluarkan senjata sakti berupa sebuah belati yang dapat menikam sendiri dan seutas tali yang dapat mengikat sendiri. Begitu hinggap di baruga, rajawali itu langsung memakan kue-kue, nasi ketan, dan minuman yang tersedia. Setelah selesai menghabiskan makanan dan minuman tersebut, rajawali bersiap untuk memakan sang Putri.

Pemuda itu segera memerintahkan talinya untuk mengikat rajawali itu, dan dengan cepat tali ajaib itu meluncur dan melilit seluruh tubuh rajawali itu. Sang rajawali berusaha melepaskan lilitan tali itu dengan menggerakkan sayapnya. Tak lama kemudian, tali itu mengendur karena tidak kuat menahan gerakan sayap rajawali itu. Tali tersebut meminta bantuan kepada pemuda itu karena tidak sanggup menahan gerakan sayap rajawali.

Pemuda itu segera memerintahkan belatinya untuk menusuk rajawali tersebut. Belati pun meluncur cepat menusuk rajawali raksasa itu berkali-kali hingga akhirnya rajawali itu mati.

Sang putri masih menutup matanya, karena ketakutan. Ia hanya mendengar suara pemuda itu sedang berbicara dengan seseorang. Namun, setelah membuka matanya, sang Putri merasa heran, karena tidak ada orang lain kecuali dia dan pemuda itu.

Para warga yang bersembunyi di sekitar tempat itu baru muncul setelah rajawali itu mati. Senjata mereka tidak sempat digunakan, karena pemuda itu dengan cepat sekali membunuh rajawali itu. Akhirnya, para peserta perlombaan yang merasa dirinya sakti segera memotong-motong tubuh rajawali itu.

Pemuda yang telah mengalahkan rajawali itu berpamitan kepada sang Putri karena ingin melanjutkan perjalanannya. Sebagai ucapan terima kasih, sang Putri memberikan selendangnya kepada pemuda itu.

Setelah pemuda itu pergi, sang Putri dengan tandu diantar warga kembali ke istana. Sebagian warga saling berebut ingin membawa tubuh rajawali itu ke hadapan sang Raja. Namun, karena tubuh rajawali itu besar, maka para warga membagi-baginya. Ada yang membawa kepala, ada yang memikul paha, dan ada yang mengambil kaki rajawali itu. Mereka ingin disebut sebagai pahlawan yang berhasil mengalahkan rajawali itu.

Sesampainya di istana, Raja dan seluruh keluarga istana sangat gembira melihat putrinya selamat dan bertanya kepada putri siapa orang yang berhasil mengalahkan rajawali raksasa itu.

Putri mengatakan bahwa ia tidak mengenal pemuda itu dan tampaknya pemuda itu bukan warga negeri tersebut. Putri juga tidak tahu bagaimana pemuda itu mengalahkan rajawali raksasa karena ia menutup mata ketakutan. Ia hanya mendengar suara pemuda itu berkata untuk mengikat dan menusuk rajawali.

Raja bertanya apakah putrinya bisa mengenali pemuda itu jika bertemu lagi dan putrinya menjawab ia dapat mengenali pemuda itu dan ia juga memberikan selendangnya ke pemuda tersebut.

Raja mengerti bahwa bukan rakyatnya yang membunuh rajawali raksasa dan ia mengumumkan kepada rakyatnya bahwa tidak ada dari mereka yang ditentukan sebagai pemenang perlombaan. Tapi raja akan mengadakan pesta besar untuk merayakan kebebasan mereka dari rajawali raksasa.

Pesta besar-besaran dengan banyak makanan dan minuman berlangsung ramai dihadiri oleh seluruh rakyat negeri itu. Raja juga mengadakan lomba main bola. Di serambi istana, sang Raja bersama permaisuri dan ketujuh putrinya duduk menyaksikan lomba bola tersebut. Peserta lomba bergantian masuk arena lomba memainkan bola. Di tengah keramaian penonton, tiba-tiba seorang pemuda gagah memasuki arena lomba. Pemuda itu mempermainkan bola dengan lincah dan di lengannya terikat sebuah selendang wanita. Putri raja pun mengenali pemuda yang telah menyelamatkan dirinya dari rajawali raksasa.

Raja memanggil pemuda tersebut dan menanyakan apakah benar ia yang mengalahkan rajawali. Pemuda itu menjawab memang ia orangnya dan ketika raja menanyakan senjata yang digunakan olehnya, pemuda itu menjawab bahwa ia menggunakan tali dan belati sakti yang dapat bergerak jika diperintah olehnya.

Mendengar jawaban dari pemuda itu, semua warga yang hadir dan pernah mengaku sebagai yang membunuh rajawali itu menjadi malu. Akhirnya, Raja menikahkan pemuda itu dengan putrinya yang diselamatkan dari rajawali dan mereka hidup berbahagia di istana.

English Version (10:50)

A long time ago, there was a kingdom in South Sulawesi in which its king had seven daughters. According to the local customs there, should a king had seven daughters, then one of them must be sacrificed to a giant hawk to avoid misfortune to be befallen on the family. This made the king sad and worried, as he did not want to lose one of his daughters. He thought long and hard to find a way so that all his daughters could stay alive. For days the king did not eat and sleep well thinking of a solution. Until one day, suddenly, he had an idea to hold a contest which was opened for his people, to defeat the hawk with their magical capabilities.

The next day, the king gathered his people in front of the palace and announced the contest.  The king offered to marry his daughter to the winner of the contest should the winner be a man and to adopt the winner as a royal family member should the winner be a woman. The contest would be held in a week’s time when the giant hawk came to the kingdom.

Hearing about that contest, many of the people of that kingdom started to practice their magical powers in hopes to become the winner of the king’s contest.

Meanwhile, the palace soldiers built a verandah in a place that was quite far from the palace. That verandah would be the place where the princess would be before being sacrificed and was built to lure the hawk. Cakes, glutinous rice and drinks for the giant hawk were also prepared.

A week had passed and the day came when the giant hawk was to appear. Very early in the morning, the princess who was to be sacrificed was taken to the verandah, accompanied by her family members, palace soldiers and many of the people of the kingdom. They were all very worried for the princess who would be eaten by the giant hawk should there be no one capable of defeating it.

Nearing the arrival time of the giant hawk, everyone headed back to the palace worriedly and the princess was left alone in the verandah. Around the verandah the contest participants were all ready with different weapons in their hands.

Not long after, a young traveling man passed through that place. Seeing a beautiful girl sitting dejectedly in the verandah, the young man climbed up to the verandah and approached the princess asking why she looked sad. The princess explained her situation where she was to be a sacrifice for the giant hawk and about the king’s contest to find a person who can defeat the giant hawk.

The young man offered to stay with the princess in the verandah so that he could protect her from the hawk. While waiting for the hawk, the young man fell asleep.

When the day approached noon, suddenly there was a noise that sounded like an incoming storm. From afar, a giant bird was seen flying and flapping its wings towards the verandah. Seeing that the giant hawk was coming, the princess frantically woke up the young man.

The young man brought out his powerful weapons, a blade that could stab by itself and a rope that could tie up by itself. Perched on the verandah, the giant hawk started to eat the cakes, glutinous rice and drank the water which were available. After the giant hawk had finished eating and drinking, it readied itself to eat the princess.

The young man immediately ordered his rope to tie up the giant hawk and the magical rope quickly slid and wound itself all over the giant hawk’s body. The hawk tried to break free from the rope by flapping its wings. In a short time, the rope began to loosen as it was not strong enough to hold the flapping wings of the hawk. The rope asked for help from the young man as it could no longer hold the flapping wings of the hawk.

The young man quickly ordered his blade to stab the hawk. The blade flew and immediately started to stab the hawk many many times until the hawk was killed.

The princess had been closing her eyes all this time as she was afraid. She only heard the voice of the young man talking with somebody. When she opened her eyes, the princess was confused as she did not see anyone else besides the young man and herself.

The people who had been hiding near that area only came out after the giant hawk had been killed. Their weapons were of no use as the young man killed the giant hawk very quickly. The contest participants who felt that they had magical powers quickly chopped the body of the hawk to pieces.

The young man who had killed the giant hawk, started to take his leave as he wanted to continue on with his journey. As a token of her gratitude, the princess gave him her scarf.

After the young man had left, the princess was brought back to the palace by her people using a carriage. Most of the people were fighting each other to bring the hawk’s body to the king. But because the body of the hawk was very big, the people divided the pieces. Some brought the head, some carried the thigh and some brought the leg of the giant hawk. They wanted to be proclaimed as the hero who managed to defeat the giant hawk.

When they had arrived at the palace, the king and his whole family were very happy to see that his daughter was safe and he asked his daughter who was the person who managed to defeat the giant hawk.

The princess answered that she did not know who the young man was and it seemed that he was not from their kingdom. The princess also did not know how the young man defeated the giant hawk as she closed her eyes due to fear. She only heard the voice of the young man ordering to tie up and stab the hawk.

The king asked whether the princess would be able to recognize the young man should she see him again and the princess answered that she could and that she also had given her scarf to him.

The king finally understood that it was no one from his people who had defeated the giant hawk and he announced that there were no winners for the contest but he would hold a big party to celebrate their freedom from the giant hawk.

A big party then was held with a lot of food and drinks, attended by the people of the kingdom. The king also held a ball game. From the palace balcony, the king, queen and all his seven daughters sat and watched the ball game. The game players took turns entering the arena while playing the ball. From the midst of the watching crowds, suddenly an attractive young man entered the arena. He played with the ball with great skills and a woman’s scarf was seen tied on his arm. The princess recognized the young man who had saved her from the giant hawk.

The king called the young man and asked whether it was true that he was the one who had defeated the giant hawk. The young man answered that he indeed was the one and when the king asked what weapon he had used, the young man answered that he had used a rope and a blade which both could move when ordered by him.

Hearing the young man’s answer, the people who were present and had claimed that they were the ones who had killed the hawk became ashamed. Finally, the king married his daughter who had been saved from the giant hawk to the young man and they both lived happily in the palace.

Vocabularies

Adat: custom

Kesaktian: super natural power

Baruga / pendapa: verandah

Pengembara: wanderer

Melintas: pass

Heran: wonder

Berpamitan: say goodbye

Selendangnya: scarf

Gagah: manly

The Indonesian language used here is in the daily-conversation format, that has influences from the local culture and custom. Should you have questions on the more formal version, please consult with your guru Bahasa Indonesia.